INDONESIA-ku

Hari ini Bayu pergi jalan-jalan dengan tujuan sebenarnya adalah untuk survey tiket kereta ke Bandung dari Stasiun Gambir. Selama perjalanan menaiki kereta (KRL ekonomi) dari Stasiun UI ke Stasiun Juanda (KRL ekonomi tidak berhenti di Stasiun Gambir) belum ada sesuatu yang "menarik".

Setelah sampai di Stasiun Juanda, Bayu harus berjalan kaki menuju Satsiun Gambir yang tidak terlalu jauh, di sinilah Bayu mulai merasa kagum dengan bangunan stasiun yang begitu luas. Selain itu, ditambah juga lingkungan di sekitar daerah Stasiun Juanda dan Stasiun Gambir yang menampilkan kekokohan bangunan-bangunan menawan, mulai dari Masjid Istiqlal, Tugu Monas (Monumen Nasional), dan bangunan-bangunan lainnya.

"Begitu mewahnya Indonesia-ku. Begitu indahnya Indonesia-ku. Betapa bangganya Bayu dengan Indonesia."

Setelah sampai Stasiun Gambir, Bayu juga melihat beberapa para wisatawan asing, yang menambah kekaguman terhadap Indonesia-ku, karena tidak hanya tempat-tempat seperti Bali atau Yogyakarta, tapi kota Jakarta yang penuh dengan sejarah pun banyak terdapat wisatawan asing yang menunjukkan besarnya daya tarik Indonesia-ku.

Selesai dari Stasiun Gambir, Bayu tidak langsung pulang, namun berjalan-jalan ke Monas dulu (yang menjadi hari pertama Bayu mengunjungi Monas), melihat tugu yang megah, berfoto di bawah patung Diponegoro yang gagah, dan pemandangan menakjubkan lainnya di ala modernisasi.

Akhirnya, Bayu pulang menggunakan KRL ekonomi lagi di Stasiun Juanda. Di perjalanan pulang inilah Bayu merasakan dan disuguhi oleh pemandangan luar biasa, pemandangan dari pejuang kehidupan.

Di KRL ekonomi ini, segala lapisan masyarakat bumi Indonesia beserta ragam profesi dan suku budayanya bercampur satu. Satu-satu mulai terlihat perjuangan dari beberapa saudara-saudaraku bangsa Indonesia-ku. Mulai dari yang menawarkan jasa penyemiran sepatu, menjual buku, koran, dan sebagainya, serta yang hanya mengharapkan iba dari orang-orang. Dari semua itu, ada satu yang jarang Bayu lihat, bahkan sebuah kegiatan yang baru kali pertama Bayu saksikan. Seorang anak kecil yang dengan wajah ibanya membersihkan lantai kereta ekonomi. Dengan posisi jongkok dia memungut sampah dan menyapu sekitar lantai dan bawah bangku para penumpang. Dengan perbuatan yang menggugah ini, kereta (KRL ekonomi) negeriku menjadi bersih, walaupun dia masih mengulurkan tangannya untuk mengharapkan sesuatu yang layak dari penumpang, tapi dia tidak memaksa seperti para preman atau beberapa pengamen yang terkadang bukannya menghibur malah mengganggu dengan nada-nada acaknya.

Rasa salutku untuk bangsaku, sausara-saudaraku, yang berjuang dalam hukum rimba, yang tidak menyerah untuk hidup lebih baik, yang terkadang perbuatannya dianggap sebelah mata, namun beberapa perbuatan merekalah yang sangat membantu dan menjadikan keragaman bumi Indonesia semakin terlihat, "di balik atasnya kehidupan pasti selalu ada kehidupan di bawah yang selalu menopang bagian atas sehingga kehidupan bisa berdiri dalam harmonis keragaman."

"Terima kasih untuk para pejuang dan pahlawan yang telah menjadikan Indonesia negara yang besar, walau kini kau mulai dilupakan."

"Terima kasih untuk para guru yang yang telah mencerdaskan bangsa Indonesia, walau karyanya tak diperhatikan di negeri sendiri."

"Terima kasih untuk para penyapu jalanan yang telah membersihkan negeri ini, walaupun kadang perbuatanmu tak dianggap."

"Terima kasih untuk semua orang yang telah menjadikan Bayu bangga akan Indonesia."

"Terima kasih untuk para pejuang kehidupan."

"Sekedar catatan untuk mengungkapkan diriku, saudaraku, dan tanah airku, Indonesia."
Catatan biasa dari seorang biasa yang selalu berharap negeri ini menjadi luar biasa.

0 comments:

Post a Comment